![]() |
Daerah membantu warga melarikan diri dari Papua setelah kerusuhan mematikan |
KORAN ONLINE - Sejumlah administrasi pemerintahan sibuk Agen Poker membantu orang-orang yang berasal dari daerah masing-masing yang melarikan diri dari Wamena yang dilanda konflik di Papua, menyusul kerusuhan mematikan pada 23 September yang menewaskan sedikitnya 33 orang, kebanyakan non-Papua.
Pemerintah Sumatera Utara, misalnya, telah membentuk tim yang bertugas mengevakuasi warganya dari Wamena.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan tim, yang berada di bawah koordinasi Badan Mitigasi Bencana Sumatera Utara (BPBD), akan berangkat ke Wamena dalam waktu dekat.
"Kami ingin tim segera mulai bekerja sehingga Sumatera Utara yang tinggal di Wamena dapat dievakuasi tepat waktu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," kata Edy di kantornya, Selasa.
Dia menambahkan bahwa pihaknya berkoordinasi dengan berbagai pihak di Papua untuk mengangkut orang, dan menambahkan bahwa beberapa orang yang terkena dampak telah dihubungi. Sejauh ini tiga orang Sumatra Utara yang tinggal di Wamena telah dipindahkan ke Rindam dekat Danau Sentani, Papua. Lain sedang dipersiapkan untuk relokasi.
Maruntung Sihombing dari Sumatera Utara, yang saat ini tinggal di Wamena, mengatakan ingin segera dipindahkan karena situasi di kota itu sangat tegang.
"Kami berharap pemerintah akan membantu kepulangan kami ke Sumatera Utara," kata Maruntung.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan empat orang dari provinsi yang tinggal di Wamena telah diterbangkan dan dua kelompok orang lainnya akan segera menyusul. "Saya telah melakukan kontak langsung dengan mereka," kata Ganjar, Selasa.
Dia mengatakan mereka telah diterbangkan ke ibu kota provinsi, Jayapura, naik pesawat Hercules milik Angkatan Udara dan akan segera melanjutkan ke Jawa Tengah.
"Kami berkomunikasi dengan mereka untuk mempelajari apa yang mereka inginkan," katanya, seraya menambahkan bahwa jumlah orang dari Jawa Tengah yang tinggal di Wamena lebih dari 100.
Secara terpisah di Blitar, Jawa Timur, tujuh siswa yang berasal dari Papua telah pergi ke desa masing-masing, sebagian besar tanpa pemberitahuan sebelumnya, kata Kepala Badan Politik dan Persatuan Nasional (Bakesbangpol) Blitar, Hakim Sisworo.
Dia mengatakan 21 siswa yang berasal dari Papua bersekolah di Blitar. Lima belas dari mereka terdaftar di SMA Katolik Diponegoro, empat di sekolah menengah kejuruan SMK 1 dan dua di SMA Negeri 2 negeri.
Dari tujuh yang kembali ke Papua, hanya satu yang melakukannya karena sakit. Yang lain pergi karena ketegangan sosial setelah serangan rasis terhadap asrama siswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, pada bulan Agustus.
Lima dari tujuh yang kembali ke Papua bersekolah di SMA Katolik Diponegoro. Wakil kepala sekolah, Eko Hariyanto, mengkonfirmasi bahwa mereka telah pergi, mengatakan bahwa mereka melakukannya satu per satu dan tanpa persetujuan.
“Mereka tiba-tiba berhenti datang ke sekolah. Ketika kami memeriksa mereka, kami menemukan bahwa mereka sudah kembali ke rumah, ”kata Eko.
Seorang siswa Papua di sekolah itu, Ellion T. Tumana, mengatakan sebagian besar dari mereka yang kembali ke Papua melakukannya atas instruksi orang tua mereka.
“Ibu saya juga menyuruh saya pulang, tetapi ayah saya mengatakan saya harus menyelesaikan studi saya di Blitar sebelum saya bisa pulang,” kata Ellion.
Dia mengatakan telah memutuskan untuk tidak kembali ke Papua karena dia tidak ingin penyesalan. Dia menyatakan bahwa dia ingin menyelesaikan sekolah sehingga dia dapat mengembangkan kampung halamannya di Papua.
Kepala kantor Dinas Pendidikan Jawa Timur, Blitar, Trisilo Budi Prasetyo, mengatakan bahwa siswa Papua yang belajar di Blitar adalah penerima program beasiswa sekolah lanjutan tingkat provinsi (ADEM) provinsi.
Daerah lain yang menampung mahasiswa Papua dalam program beasiswa ini termasuk Kota Batu, Kediri, Pasuruan, Madiun dan Malang dan Kabupaten Jember, Tuban dan Nganjuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar