Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Jumat, 25 Oktober 2019

Para fotografer mengkampanyekan kelestarian lingkungan melalui fotografi satwa liar

Para fotografer mengkampanyekan kelestarian lingkungan melalui fotografi satwa liar
Para fotografer mengkampanyekan kelestarian lingkungan melalui fotografi satwa liar

KORAN ONLINE - Fotografer Sutanta Aditya dan fotografer / penulis Regina Safri berbagi teknik fotografi satwa liar dalam serangkaian Agen Poker diskusi bertema "Sebelum Terlambat" di Medan, Sumatera Utara, pada 19-22 Oktober.

Sekitar 300 peserta, yang terdiri dari jurnalis foto, fotografer, pecinta alam, anggota LSM dan mahasiswa, menghadiri acara tersebut. Dalam empat hari, mereka terjadi di Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Muhammadiyah, antara lain.

Diskusi mengusulkan bahwa fotografi satwa liar bukan hanya keinginan untuk mengabadikan momen, keindahan alam, dan keanekaragaman flora dan fauna. Pendekatan ini sebenarnya mendorong fotografer untuk berpartisipasi dalam kampanye pelestarian lingkungan.

"Konservasi hutan, terutama di Sumatra dan Kalimantan, berdampak pada populasi lokal, termasuk primata yang dilindungi seperti orangutan," kata Aditya. Dia mengatakan penurunan populasi orangutan disebabkan oleh maraknya kegiatan eksplorasi perusahaan, yang sebagian besar beroperasi di perkebunan dan di sektor pertambangan.


Aditya, yang memenangkan hadiah utama dalam Shoot for Sustainability Photo Competition oleh National Geographic Asia dan Temasek tahun ini, juga berbagi kiat fotografi. Dia menyebutkan bahwa seorang fotografer harus melakukan penelitian terlebih dahulu.

"Untuk mengetahui tentang kerusakan alam di suatu daerah, kita bisa menggunakan satelit NASA. Dengan cara ini, kita bisa mencapai topik yang lebih bertarget dan spesifik," katanya. Dia menambahkan bahwa satelit juga dapat membantu fotografer menentukan jenis peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan untuk pekerjaan itu.

Sementara itu, Regina berbagi kiat memotret suku asli. "Ini kurang lebih seperti jatuh cinta, kita tidak pernah tahu apakah itu lambat atau cepat. Kita harus rajin dan sabar," katanya.

Rahmat Suryadi, kepala Fotografer Indonesia (PFI) bab Medan, menambahkan bahwa fotografi alam mungkin tidak cocok untuk semua orang. Dia mengatakan bahwa diperlukan tekad untuk mengatasi hambatan yang tidak terduga di alam liar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman