Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Jumat, 04 Oktober 2019

Inovasi, integrasi, pemerataan: Program 'Tol Laut' membutuhkan lebih banyak, kata para ahli

Inovasi, integrasi, pemerataan: Program 'Tol Laut' membutuhkan lebih banyak, kata para ahli
Inovasi, integrasi, pemerataan: Program 'Tol Laut' membutuhkan lebih banyak, kata para ahli

KORAN ONLINE - Program jalan raya maritim untuk meningkatkan konektivitas laut dan memotong biaya pengiriman, menciptakan "Tol Laut" (jalan tol laut) oleh Agen Poker administrasi Presiden Indonesia, belum mendorong pengembangan ekonomi regional dan akan mengambil langkah-langkah inovatif untuk mewujudkan penuh potensial, kata pemangku kepentingan.

"Kami belum melihat program Tol Laut meningkatkan partisipasi ekonomi lokal dan oleh karena itu, kami perlu mengidentifikasi masalah dalam bisnis, logistik dan sektor lainnya," Wihana Kirana Jaya, penasihat senior bidang ekonomi dan investasi Kementerian Perhubungan, mengatakan pada Oktober 2 pada sebuah diskusi di Jakarta.

Wihana menambahkan bahwa program jalan raya maritim memerlukan peningkatan partisipasi dan integrasi dengan bisnis komoditas lokal, pelabuhan dan daerah terpencil untuk mendorong pengiriman reguler dan mengurangi biaya distribusi - inti dari program "jalan tol laut" yang diumumkan Presiden Indonesia di awal bukunya. kepresidenan.

Sebuah studi tahun 2018 oleh Institut Teknologi 10 November (ITS) memperkirakan bahwa program ini dapat meningkatkan volume pengiriman domestik menjadi 300.000 ton untuk berkontribusi Rp 2,5 triliun (US $ 176,2 juta) menjadi Rp 3 triliun dalam "dampak langsung" pada perekonomian Indonesia.

Wihana mengatakan bahwa program itu dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang adil, tetapi pemerintah tetap lebih fokus pada pembangunan maritim di Indonesia bagian barat.

Sebagai ilustrasi, ia membuat daftar pelabuhan: Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak di Surabaya, pelabuhan Belawan di Medan dan pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan.

"Industri [maritim] masih berpusat di pulau Jawa," Wihana menekankan.


Pemerintah perlu mempertimbangkan penerapan solusi digital dalam menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dan data besar, serta infrastruktur, untuk mengurangi biaya logistik dan lebih mengoptimalkan konsep jalan raya maritim, katanya.

Peneliti Muhammad Halley Yudhistira dari Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LPEM), lembaga pemikir ekonomi Universitas Indonesia, menyampaikan pandangan yang sama pada diskusi tersebut, mengatakan bahwa program jalan raya maritim belum menurunkan harga di Indonesia bagian timur.

"Mayoritas manfaat ekonomi yang disediakan oleh program sedang dinikmati oleh para pemain industri," kata Halley, menambahkan bahwa beberapa distributor mendominasi beberapa pasar, yang mengakibatkan kurangnya persaingan dan membuatnya sulit untuk menurunkan harga.

Menurut sebuah studi LPEM yang dirilis pada 2 Oktober, program jalan raya maritim telah mengurangi biaya pengiriman sebesar 30 persen hingga 50 persen di daerah-daerah tertentu, tetapi tidak mengurangi biaya logistik dari pelabuhan ke daerah-daerah terpencil.

Ekonom Fauziah Zen dari Lembaga Penelitian Ekonomi untuk ASEAN dan Asia Timur (ERIA) mengatakan bahwa pemerintah perlu mengambil langkah-langkah inovatif serta mengembangkan pelabuhan modern di Indonesia timur.

Dia mengatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di provinsi-provinsi timur memiliki potensi besar, karena mereka dapat berfungsi sebagai pusat perdagangan internasional.

“Sebanyak 4,3 juta TEU [20 kaki unit setara] dari perdagangan internasional melewati dekat dengan pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, sementara sebanyak 4,2 juta TEU melewati dekat dengan pelabuhan di Ambon dan 4,1 juta TEU di Merauke,” kata Fauziah. Dia menambahkan bahwa rute pelayaran internasional dengan frekuensi berlayar tinggi terletak dekat dengan Sorong di Papua Barat, Ambon di Maluku, dan Bitung.

Fauziah mengatakan bahwa pemerintah perlu mengikuti beberapa tren industri untuk mengembangkan pelabuhan menjadi pelabuhan hub internasional.

“Di masa depan, manajemen pelabuhan harus menerapkan peraturan hijau, terutama pada keamanan energi, efisiensi ekonomi dan lingkungan. Kami juga harus menyediakan layanan bernilai tambah, seperti di Singapura misalnya, karena pelabuhan mereka tidak hanya menyediakan layanan pelabuhan [konvensional], ”katanya.

Menggemakan Wihana dari Kementerian Perhubungan, Fauziah menambahkan bahwa pemerintah perlu memodernisasi pelabuhan negara itu dengan menggunakan data besar dan AI. Dia juga menambahkan bahwa pelabuhan harus memiliki terminal kargo dan penumpang yang terpisah, dan bahwa pemerintah menggunakan mekanisme pasar untuk menyelesaikan kemacetan pelabuhan dan menyederhanakan struktur manajemen pelabuhan sehingga mereka akan lebih menarik bagi perdagangan internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman